Natalitas atau kelahiran merupakan fenomena alami yang menyebabkan adanya pertambahan penduduk.
Setiap daerah atau negara memiliki tingkat natalitas yang beda-beda. Indonesia saat ini memiliki angka pertumbuhan penduduk yang masih tinggi yaitu di atas 1% tiap tahunnya.
Setiap daerah atau negara memiliki tingkat natalitas yang beda-beda. Indonesia saat ini memiliki angka pertumbuhan penduduk yang masih tinggi yaitu di atas 1% tiap tahunnya.
Pertumbuhan penduduk sebuah negara dikatakan seimbang jika mencapai zero population growth. Ada faktor pro natalitas dan anti natalitas yaitu:
Faktor Pro Natalitas
1. Kawin Usia Muda
Banyaknya penduduk usia muda yang sudah menikah di usia yang masih remaja membuat angka kelahiran cenderung tinggi. Ini karena produktifitas pasangan khususnya wanita yang masih muda masih sangat baik.
2. Anggapan Banyak Anak Banyak Rezeki
Di beberapa negara termasuk Indonesia, masih banyak anggapan tentang banyak anak banyak rezeki. Memang hal ini ada benarnya namun tentunya kondisi dunia yang semakin cepat berubah membuat anggapan ini harus mulai ditinggalkan.
Anak juga harus terpenuhi semua kebutuhannya. Jangan sampai banyak anak namun orang tua tidak mampu menafkahi semua kebutuhan mereka sehingga nantinya tidak tumbuh menjadi anak yang sehat dan berkualitas.
3. Rasa Malu
Ada beberapa komunitas mungkin yang masih menganggap malu jika pada usia tertentu belum punya anak. Hal ini menjadi aib keluarga dan akan dikucilkan. Ini yang menyebabkan banyaknya pasangan yang cepat memiliki anak sebelum usia tua.
4. Tingkat Kesehatan dan Ekonomi
Jika seseorang sehat dan memiliki kondisi keuangan yang stabil tentu memiliki anak tidak akan menjadi masalah. Mereka tidak akan khawatir jika punya anak banyak karena dapat terjamin kebutuhan hidupnya.
5. Seks Bebas
Perilaku seks bebas di kalangan remaja dapat memicu adanya kelahiran tak terduga atau juga Married By Accident.
Faktor Natalitas |
Faktor Anti Natalitas
1. Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana merupakan program pemerintah yang bertujuan menekan angka kelahiran tiap keluarga. Dalam program ini maksimal satu keluarga hanya punya dua anak saja.
2. Anggapan Anak Adalah Beban
Di tengah kondisi dunia yang makin hingar bingar, ada beberapa orang yang menganggap anak adalah beban. Mereka lebih memilih hidup sendiri dan tidak mau ada tanggungan.
3. Aturan Batasan Usia
Adanya batasan usia menikah membuat seseorang tidak dapat menikah dan memiliki anak sebelum mencapai batas usia yang ditentukan.
4. Kondisi Kesehatan dan Ekonomi
Ada beberapa pasangan yang memang tidak bisa memiliki anak karena kondisi tertentu. Hal ini tentu akan membuat angka fertilitas menurun. Sementara tingkat ekonomi yang rendah bisa membuat seseorang berfikir beberapa kali sebelum membuat anak.
5. Malas Menikah
Tuntutan hidup yang tinggi membuat seseorang bisa memiliki pemikiran untuk malas menikah. Di Jepang contohnya saat ini memiliki angka kelahiran yang negatif karena rutinitas kerja yang terlalu tinggi.
Itulah beberapa faktor pro dan anti natalitas penduduk.
Dinamika penduduk dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu kelahiran, kematian dan migrasi. Kematian atau mortalitas merupakan fenomena yang pasti akan dialami oleh manusia.
Mortalitas pada dasarnya akan membuat jumlah penduduk suatu daerah menjadi berkurang. Tingkat kematian tiap daerah atau negara berbeda-beda.
Mortalitas pada dasarnya akan membuat jumlah penduduk suatu daerah menjadi berkurang. Tingkat kematian tiap daerah atau negara berbeda-beda.
Faktor Pro Mortalitas
1. Gaya hidup buruk
Gaya hidup sangat memengaruhi terhadap kualitas kesehatan seseorang. Gaya hidup yang buruk atau tidak sehat akan mempercepat seseorang untuk menemui ajalnya. Kurangnya asupan gizi, stress, buruknya sanitasi, jajan sembarangan tentu akan membuat seseorang rentan terhadap penyakit.
2. Minimnya sarana prasarana kesehatan
Fasilitas kesehatan yang memadai dan berkualitas sangat dibutuhkan untuk mendukung kesehatan penduduknya.
Kurangnya fasilitas kesehatan dan tenaga ahli sering membuat angka kematian meningkat. Daerah-daerah terpencil banyak menemui hambatan ini sehingga sering dijumpai kasus gizi buruk atau banyaknya angka kematian ibu dan bayi.
3. Bencana alam
Bencana alam seperti gunung meletus, tsunami, longsor dan banjir sering menelan korban jiwa. Bencana tsunami di Aceh tahun 2004 saja membuat 500.000 jiwa melayang.
4. Kurangnya kesadaran kebersihan
Coba lihat di lingkungan sekitar anda apakah ada sampah berserakan di pinggir jalan, sungai atau tempat lainnya.
Sampah tersebut menimbulkan bau busuk, mengundang lalat dan mahluk penyebar penyakit lain. Ini adalah kebiasaan masyarakat yang tidak sadar kebersihan yang mengundang mereka untuk lebih cepat mati.
5. Kecelakaan lalu lintas
Mobilitas menjadi salah satu faktor paling dominan yang menyebabkan meningkatnya kematian. Setiap hari pasti akan dijumpai berita kecelakaan lalu lintas di televisi. Ini diakibatkan oleh kecepatan berkendara yang tentunya akan berbahaya jika tidak hati-hati di jalan.
6. Perang
Perang merupakan salah satu sarana pemusnahan penduduk secara massal. Lihat saja di Suriah dan Irak, kota beserta penduduknya musnah dalam sekejap akibat perang.
Perang menghancurkan kehidupan manusia |
Faktor Anti Mortalitas
1. Gaya hidup sehat
Hidup sehat, membiasakan makan makanan bergizi dan rajin berolahraga akan menambah panjang hidup anda. Makan sayuran dan buah-buahan akan membuat tubuh lebih sehat.
2. Fasilitas kesehatan memadai
Tersedianya sarana pendukung kesehatan yang memadai hingga tingkat desa akan membuat pelayanan kesehatan menjadi prima. Masyarakat bisa cepat berkonsultasi ke dokter jika ia sakit sehingga memercepat harapan sembuh.
3. Lingkungan bersih dan sehat
Lingkungan yang bersih dari sampah dan terhindar dari polusi akan membuat hidup kita nyaman. Kebersihan lingkungan menjadi bagian yang sangat penting untuk memperpanjang umur hidup seseorang.
4. Program penyuluhan kesehatan
Pendidikan kesehatan perlu diberikan pada masyarakat agar mereka memahami tentang tata cara hidup sehat. Dengan demikian mereka memiliki wawasan ilmu kesehatan yang cukup untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar